Campang Tiga: Dari Wilayah Sederhana Menuju Pekon yang Mandiri
PORTALTANGGAMUS Campangtiga---Pada masa lalu, Campang Tiga dikenal sebagai sebuah wilayah yang jauh dari kata sejahtera. Keterbatasan infrastruktur, akses ekonomi yang belum berkembang, serta minimnya fasilitas umum membuat masyarakat harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian besar warga menggantungkan ekonomi keluarga pada hasil bumi sederhana yang diperoleh dari lahan sekitar. Namun, kondisi tersebut tidak pernah menyurutkan semangat mereka untuk terus berjuang.
Di tengah keterbatasan itu, Campang Tiga sebenarnya menyimpan potensi alam yang besar. Lahan yang luas dan subur membuka peluang untuk pengembangan sektor perkebunan dan peternakan. Dengan ketekunan masyarakat, perlahan potensi tersebut mulai digarap secara lebih serius. Hasilnya, harapan baru pun tumbuh seiring meningkatnya produktivitas perkebunan dan ternak rakyat.
Mayoritas masyarakat Campang Tiga berasal dari suku Jawa. Meski demikian, keberagaman budaya bukanlah penghalang bagi kehidupan sosial di pekon ini. Sejak dulu telah hadir keluarga-keluarga dari suku lain, termasuk keluarga Sunda—tempat penulis dilahirkan dan dibesarkan. Interaksi antarsuku berjalan harmonis, mencerminkan kuatnya nilai gotong royong, toleransi, dan rasa saling menghormati yang telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan sosial masyarakat Campang Tiga menunjukkan bahwa keberagaman bukan sekadar perbedaan, tetapi kekayaan yang dapat memperkuat persatuan. Warga saling mendukung dalam berbagai kegiatan, mulai dari pekerjaan pertanian, pembangunan fasilitas umum, hingga acara sosial dan keagamaan.
Berbeda dengan beberapa pekon lain di sekitarnya, Campang Tiga tidak memiliki hamparan sawah yang luas. Hal ini sempat menjadi tantangan karena sektor persawahan biasanya menjadi penopang utama ekonomi masyarakat pedesaan. Namun, warga Campang Tiga tidak menyerah pada kondisi tersebut. Mereka memanfaatkan apa pun yang tersedia untuk menciptakan sumber mata pencaharian yang baru dan lebih relevan.
Perkebunan kakao, kelapa, durian, dan duku menjadi sektor unggulan yang terus berkembang. Aktivitas peternakan—baik sapi, kambing, maupun unggas—juga memberi kontribusi signifikan terhadap perekonomian pekon. Inisiatif masyarakat untuk mengelola sumber daya lokal inilah yang membuat Campang Tiga mampu berdiri sejajar dengan pekon-pekon lain dalam hal kesejahteraan dan kemandirian ekonomi.
Pada masa lalu, Campang Tiga berada di bawah administrasi Pekon Kotaagung. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk, wilayah ini kemudian berdiri sebagai pekon mandiri yang dikenal sebagai Pekon Campang Tiga, bagian dari Kecamatan Kotaagung Pusat saat ini, pekon tersebut dipimpin oleh seorang kepala pekon yang juga merupakan sahabat penulis, memperkuat ikatan emosional tersendiri terhadap daerah ini.
Perubahan administratif ini menandai babak baru dalam pembangunan pekon. Dengan kewenangan yang lebih mandiri, Campang Tiga memiliki kesempatan lebih besar untuk mengelola anggaran, merancang program pembangunan, serta meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat.
Campang Tiga bukan sekadar tempat bermukim. Bagi penulis, wilayah ini menyimpan kenangan masa kecil yang penuh dengan kebersamaan, perjuangan, dan nilai kehidupan. Dari pekon kecil yang sederhana, Campang Tiga kini tumbuh menjadi wilayah yang lebih maju dan berdaya saing. Perubahan yang terjadi tidak hanya tampak dari segi fisik, tetapi juga pada pola pikir dan semangat masyarakatnya.
Dengan potensi alam dan sosial yang terus berkembang, Campang Tiga memiliki peluang besar untuk menjadi pekon yang lebih mandiri, berdaya saing, dan sejahtera di masa depan. Harapannya, pembangunan ini tidak hanya membawa perubahan fisik, tetapi juga menumbuhkan generasi baru yang bangga akan akar budaya, identitas, serta sejarah yang membentuk Campang Tiga hingga menjadi seperti sekarang. (*)

0 Response to "Campang Tiga: Dari Wilayah Sederhana Menuju Pekon yang Mandiri"
Posting Komentar